Thursday, August 18, 2011

Preparing The Wedding Part 2 : Hunting Souvenirs, Desain Invitation Card

Melanjutkan episode yang lalu, setelah urusan yang besar2 selesai, lanjut ke urusan yang kecil2....pritilan yang wlo terlihat kecil tapi bila terlupakan akibatnya sangat besar....yaitu masalah kartu undangan dan sopenir.

Perihal Sopenir
Sudah menjadi tradisi bila di indo, para tamu yang datang ke suatu acara pernikahan, boleh dirumah atau digedung, pasti akan diberikan sebentuk tanda ucapan terimakasih yang disebut sopenir, saya agak meremehkan masalah sopenir inih, aaah apa susahnya urusan sopenir,pikir saya.. jadilah saya baru belanja sopenir diakhir bulan lalu bertepatan dengan akan dimulainya bulan puasa.

Pasar jatinegara adalah tujuan utama saya, setelah sebelumnya mendapatkan masukan dari teman2 yang sudah menikah, sengaja berangkat agak siang, pikir saya, serame apa sih pasar ini apalagi setelah munculnya banyak pusat perbelanjaan.....ternyata RAME ajahhh....macet...padat...apa karena hari terakhir menjelang puasa ya?

Pusat sopenir di pasar ini terletak di lantai dasar alias basement, pas masuk sana berjejer pulau2 eh maksudnya berjejer tukang sopenir dengan dagangannya yang beraneka ragam.... bingung? pastinya. Duh, mau pilih yang mana saya, sengaja padahal saya ajak adik saya supaya bisa memberi masukan eh ternyata dia malah sibuk sendiri, membayangkan sopenir versi yang akan dia pakai utk pernikahannya kelak..dwoooh (-.-")

Setelah nyaris dua jam keliling, akhirnya menemukan juga sopenir yang pas dihati dan pas dikantong.


Perihal Kartu Undangan
Seperti halnya sopenir, perihal kartu undangan juga saya anggap mudah, apalagi sebelumnya saya sudah sempat menyambangi percetakan dekat rumah dan telah menetapkan satu model. Dan sesuai dengan pesan si dia, bahwa undangan ngga perlu terlalu "wah" toh pada akhirnya akan dibuang ke tempat sampah, dan saya setuju dengan pendapatnya. Tadinya mau bikin undangan berbentuk kipas, ya biar sedikit long-lasting gitu...tapi kayaknya saya kurang sreg. Di detik2 terakhir mau pesan undangan didekat rumah, adik sepupu saya menawarkan mendesain dan membuat sendiri kartu undangan, pikir saya wah lebih terpercaya nih...okelah saya terima tawarannya.


Ternyata yang dimaksud membuat sendiri itu = mengurus sendiri, jadi setelah desain di-acc, mulailah perjalanan kita dalam membuat kartu undangan, dari membuat film yang akan di pakai untuk mencetak undangan, belanja kertas, ke percetakan, ke tukang finishing.... nyari seminggu penuh kami mengurus inih, dan hampir 2x sehari saya keluar kantor ditengah hari bolong di bulan puasa pula. Alhamdulillah sabtu kemarin undangan selesai *phewww*


footnote :
mohon maaf...postingan kali ini tidak dilengkapi dengan skrinsut, harap maklum ^^

3 comments:

  1. lu mau nikah yah? wuidiiiih... jangan lupa nanti sisain undangannya buat gw wakakakakkk.....

    ReplyDelete
  2. waw baru tau kakak mau nikah, ditunggu yah post2 tentang persiapan pernikahan selanjutnya hehehe

    ReplyDelete
  3. Teknologi percetakan saat ini memang maju dengan cepat. Mesin percetakan tidak hanya menggunakan 4 warna melainkan sampai 8 warna. So pasti hasilnya tidak diragukan lagi. Banyak penerbit dan percetakan di Indonesia yang sudah menggunakan mesin 8 warna.


    Semua ini adalah pertanda yang bagus, berarti dunia percetakan dan desain grafis tetap berkembang. Secara tidak langsung ini adalah era kemajuan teknologi diberbagai bidang. Jika dulu kita hanya mencetak cover buku hanya menggunakan 4 warna, Desain brosur hanya mengandalkan 4 warna, dan kop surat saja sekarang sudah menggunakan teknik cetak yang luar biasa.


    Mungkin yang perlu dibenahi adalah dumber daya manusia. Dengan kemampuan mesin percetakan yang sangat tinggi maka kemampuan menjalankannya juga perlu sumber daya yang tahu dan kreatif.

    ReplyDelete

Mau Komen2 Boleh, asal jangan nyepam yak!!!